DUNIA SEX 69

Cerita Sex Terpopuler

Full width home advertisement

MEJAQQ.COM AGEN JUDI POKER DOMINOQQ BANDARQ ONLINE TERBESAR DI ASIA MEJAQQ
Rp.20.000

Post Page Advertisement [Top]


DUNIA SEX 69 - Namaku Dimas. Berawal dari hobiku yaitu berenang, kira-kira 3 minggu yang lalu, aku memulai hubungan dengan seorang ibu rumah tangga, kali ini beserta putrinya yang masih kelas 2 SMP.

Waktu itu aku berenang di kolam renang milik sebuah Country Club, dimana aku tercatat sebagai membernya. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 17:00 WIB. Aku baru saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukan. Aku melihat ada seorang gadis mungil bersama anak perempuan kecil, gadis itu kira-kira berusia antara 14-15 tahun.

Baca Juga : Karena Nafsu Bejatku, Aku Ngentot dengan Ayah dan Kakekku Sendiri

Untuk usia segitu, badannya boleh dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, rambut panjang, swimsuit yang benar-benar sexy dan sekilas aku lihat bibir dan dadanya yang menantang sekali. Setelah aku perhatikan baik-baik, tanpa sadar "adik kecilku" bangun, bagaimana tidak, ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Hal ini nyata sekali dari belahan vaginanya yang tercetak di baju renangnya itu.

Tidak disangka-sangka, si anak kecil yang ternyata adiknya, menghampiriku, lalu dia bilang "Om, mau main bola sama Grisa gak?"
"Eh.. Hmmmm.. Boleh.. Kamu sama kakakmu ya?" jawabku.
"Iya.. Itu kakak." katanya sambil menunjuk kakaknya. Aku pun menghampirinya dan kami berkenalan. Ternyata, gadis manis itu bernama Cindy, dan juga, dia baru kelas 2 SMP.

"Mmh, Cindy cuma berdua sama Grisa aja?" tanyaku mencoba menghangatkan suasana.
"Nggak Om, kami sama mami. Mami lagi senam BL di Gym diatas." kata Cindy sambil menunjuk atas gedung Country Club.
"Ooo.. Sama mami, toh?" kataku, "Papi kamu ndak ikut Cin?" lanjutku bertanya kepadanya.
"Nggak Om, Papi kan kalo pulang malem banget, sekitar jam 2 pagi gitu deh. Berangkatnya pagiiii bener." katanya dengan tampang yang lucu.

Aku tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama maminya.
"Mmh, mami kamu bawa mobil Cin? kalo nggak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau nggak? Sekalian Om kenalan sama mami kamu, boleh kan?" tanyaku.
"Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar. Grisa katanya mau makan dulu." jawab Cindy. - Cerita Sex
"Oh ya udah gpp. Om boleh ikut kan? Nanti pulangnya Om anterin gpp deh."
"Boleh Om. Om boleh ikut kok.” Sela si kecil Grisa.

Sekitar ½ jam kami mengobrol, mami mereka datang. Dan ternyata, orangnya cantik banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar mengingatkan aku pada mantanku, mirip abis. Buah dada yang besar dan ranum, leher dan kulit yang putih, pokoknya mirip. Singkat cerita, kami pun berkenalan. Cindy dan Grisa berebut bercerita tentang awal kami semua berkenalan, dan mami mereka mendengarkan sambil tersenyum-senyum, sesekali melirik ke arahku.

Nama mami mereka Maya, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya, nggak kalah dengan ABG usia 20 tahun, walaupun dia sudah beranak 2. Ngobrol punya ngobrol, ternyata Maya dan suaminya sedang pisah ranjang. Dalam hatiku berpikir mungkin ada kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, aku memberanikan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah mereka, dan ternyata Maya tidak berkeberatan. Setelah sampai di rumahnya di daerah Cilandak, aku dipersilahkannya masuk langsung ke ruang keluarganya.

Waktu menunjukan sudah hampir jam 20:00 WIB. Grisa yang sepertinya capek sekali, langsung tidur. Tapi aku, Maya dan Cindy ngobrol-ngobrol di sofa depan TV.

"Mel, suamimu sebenarnya kerja dimana?" tanyaku.
"Anu mas, dia kontraktor di sebuah perusahaan penambangan gitu." jawab Maya ogah-ogahan.
"Iya Om, jangan nanya-nanya Papi. Mami suka sebel kalo ditanya tentang dia." timpal Cindy, yang memang kelihatan banget kalo dia deket sama maminya. Mendengar Cindy bicara seperti itu, Maya agak kaget.
"Cindy, nggak boleh bicara gitu soal Papi, tapi bener mas, aku nggak suka kalo ditanya soal suamiku itu.”
"Iya deh, aku nggak nanya-nanya lagi." kataku sambil tersenyum.
"Eh iya, Mas Dimas mau minum apa?" tanya Maya sembari bangkit dari sofa.
"Kopi mau?"
"Eh.. Iya deh boleh." jawabku. Tidak lama kemudian Maya datang sambil membawa 2 cangkir kopi.
"Ini kopinya Mas." katanya sambil tersenyum. Cindy yang sedang nonton TV, dengan mimik berharap tiba-tiba berkata.
"Om, malem ini nginep di sini aja, mau ya? Bolehkan mi?" Maya yang ditanya, menjawab dengan gugup.
"Eh.. Boleh-boleh aja. Tapi emangnya Om Dimas mau?" Merasa dapat durian runtuh, aku menjawab sekenanya.
"Yah.. Kalau nggak ngerepotin, mau sih."

Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam 23:30 WIB, ketika Maya berdiri dari sofa dan berkata, "Mas Dimas, aku mau ganti baju tidur dulu ya?"
"Eh, iya." jawabku.
"Kamu nggak mau tidur Cin, kan besok sekolah?" tanya Maya ke Cindy.
"Mmh, belom ngantuk mi." jawabnya lucu. Tidak lama kemudian, Maya datang lagi ke ruang TV dengan mengenakan busana tidurnya yang tipis sekali. Di dalamnya dia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan BH tanpa tali. Cindy yang sedang tidur-tiduran di karpet terbelalak kaget melihat maminya memakai baju se-sexy itu.
"Ya ampun mami. Bajunya itu lho, gak sopan banget, kan ada Om Dimas itu."
"Gpp Cin. Mami udah lama nggak pake baju ini. Sekalian nyobain lagi." kata Maya sambil tersenyum ke arahku, "Tuh liat, Om Dimas aja nggak keberatan, masa kamu keberatan sih?"

Aku yang masih terkagum-kagum dengan kemulusan body Maya, tidak bisa bicara apa-apa lagi.
"Cin, kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah. Mami masih mau ngobrol sama Om Dimas. Sana tidur." kata Maya. Aku yang memang sudah pingin sekali mencoba tubuh Maya, juga ikut-ikutan ngomong.
"Iya, Cin, besok telat masuk sekolahnya. Kamu tidur duluan sana gih." Cindy sepertinya kesal sekali di suruh tidur.
"Aaahh, mami nih. Orang masih mau ngobrol sama Om Dimas kok." tapi dia masuk juga ke kamarnya.

Setelah ditinggal Cindy, aku mulai melakukan agresi militer. - Cerita Seks
"Mel, kok kamu pake baju kaya gitu sih? Kamu nggak malu apa sama aku, kita kan baru kenal. Belum ada 1 hari. Kamu nggak takut apa kalau aku apa-apain?"
"Mas, aku memang sudah lama nggak pake baju ini. Kalau pun pake, suamiku sudah nggak peduli lagi kok sama aku. Dia lebih memilih sekretarisnya itu." kata Maya dengan mimik muka sedih.
"Berarti suamimu itu orang dungu. Dia nggak liat apa, kalo istrinya ini punya badan yang bagus, kulitnya putih, bibirnya tipis. Wah, kalo aku jadi suamimu, tak kurung kamu nggak boleh keluar kamar." kataku sambil bercanda.

"Dan lagi kamu punya itu, mengkel banget." Maya menatapku dengan wajah lugu.
"Mmh, boleh aku jujur Mel?"
"Boleh. Ngomong aja."
"Anu, payudaramu itu lho. Mengkel banget, dan lagi aku yakin kalau punyamu pasti seukuran satu sendok makan." kataku sambil melakukan agresi dengan mengelus pahanya.
"Oh, ini?" kata Maya sambil memegang buah dadanya sendiri.
"Mas Dimas mau?" Belum selesai Maya berbicara, langsung saja aku potong dengan memegang dan mengelus kemaluannya.
"Inimu. Buka dong bajunya," kataku asal. Maya yang sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kain tipis yang menutupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yang tipis dan hangat, aku langsung membuka pengait BH nya. Maya dengan gerakan spontan yang halus sekali, membiarkan celana dalamnya aku lucuti.
"Mas, aku sudah telanjang. Sekarang gantian ya?" kata Maya tanpa memberikanku kesempatan bicara, Maya langsung melepas baju dan celana serta celana dalamku, akibatnya dia shock setengah mati melihat batanganku yang sudah tegang mengacung itu. Hebatnya lagi, dia tanpa minta ijin, langsung mengulum si "adik kecil" dengan beringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruhku untuk menjilati bibir vaginanya. Maya kelojotan setengah mati, ketika lidahku menyapu dengan kasar klitorisnya.

Aku suruh Maya terlentang di karpet dan membuka kakinya, Vaginanya yang sudah sangat basah itu, aku hajar dengan gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, aku meremas buah dadanya yang besar, dan menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulutku. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, dia berdiri dan membelakangiku dengan posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, dia membuat jalan masuk dengan menggunakan kedua jarinya. Langsung aku pegang pantatnya dan aku tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakanku semakin cepat karena licinnya liang surga itu.

Tidak lama kemudian, Maya bergetar hebat sekali. Dia orgasme, tapi cairan spermaku belum juga mau keluar. Aku percepat gerakanku, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Maya, dalam hatiku berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tidak lama kemudian aku sudah tidak tahan lagi.
"Mel, aku mau keluar. Dimana nih?" di tengah cucuran keringat yang amat banyak, Maya mendesah sambil berpaling ke arahku.
"Di dalam aja mas! Biar lengkap." Benar saja, akhirnya spermaku, aku semprotkan semua di dalam liang vaginanya. Banyak sekali, kental dan lengket.


Setelah itu, kami duduk di sofa sambil menyuruh dia menjilati penisku. Hisapan Maya tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang lengket di kepala penisku. Sekitar 5 menit, Maya menikmati si "adik kecil" sebelum dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun.
"Mas, aku ke kamar mandi dulu ya?" katanya, "Aku mau nyuci ini dulu." sambil dia mengelus vaginanya sendiri.
"Ya. Jangan lama-lama." kataku. Karena sendirian, aku kocok saja sendiri penisku. Tiba-tiba si Cindy keluar kamar, dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikanku. Aku kaget setengah mati.
"Loh, Cin.. Kamu belum tidur?" tanyaku setengah panik.
"Belum." Jawabnya singkat. Lalu dia berjalan ke arahku, sementara aku berusaha menutupi penisku dengan bantal sofa.
"Om, tadi ngapain sama mami?" tanyanya lagi.
"Eh.. Anu.. Om sama mami lagi." belum selesai aku menjelaskan, Maya masuk ke ruang TV.





Dia kaget sekali melihat Cindy ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi vaginanya dan tangan kirinya menyilang menutupi buah dadanya yang ranum.
"Cin, kamu ngapain, kok belum tidur?" Cindy berpaling menghadap Maminya.
"Aku nggak bisa tidur, Mami tadi berisik banget. Ngapain sih sama Om Dimas?" Akhirnya aku menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Maya duduk di sampingku, dan Cindy, aku suruh duduk di karpet, menghadap kami.
"Cindy, kamu kan tahu, Papi sama Mamimu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan. Sebenarnya Om sama Mami sedang melakukan kegiatan yang sering dilakukan sama Mami dan Papimu setiap malam. Om dan istri Om juga sering melakukan ini." kataku sambil melirik Maya yang terlihat sudah agak santai.
"Tapi karena sekarang nggak ada Papi, Mami minta tolong Om Dimas untuk melakukan hal itu." Cindy terlihat sedikit bingung.
"Hal itu hal apa Om?" Disini, Maya mencoba menjelaskannya.
"Cin, Mami jangan disalahin ya. Cindy sayang Mami kan?" Cindy tersenyum.
"Iya lah, mi. Cindy saayyaaaang banget sama Mami. Tapi Cindy mau tahu, Mami sama Om Dimas ngapain?" Aku tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Cindy yang cukup besar.
"Om Dimas sama Mami lagi Making Love." jawab Maya.

"Kamu tahu artinya kan?" lanjutku.
"Mmh.. Iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om. Cindy mau tau." jawab Cindy. Aku sempat kaget mendengar Cindy bicara seperti itu. Aku melirik Maya, dan Maya mengangguk mengerti.
"Cindy beneran mau lihat Mami sama Om Dimas making love?" tanya MayaCindy menjawab dengan polos.
"Iya mau. Dan kalau Om Dimas mau ngajarin, Cindy juga mau diajarin biar bisa." Aku beneran seperti ketiban durian runtuh.
"Mmhh, tanya Mami ya. Soalnya Om tidak bisa ngajarin, kalo Mamimu tidak ngijinin. Om sih mau aja ngajarin." Cindy merajuk, merayu Maminya.
"Mi, boleh ya?" 
Maya ragu-ragu menjawab.
"Kamu lihat aja dulu deh ya. Sambil tersenyum Cindy menjawab.
"Iya deh." senang sekali dia.

Setelah itu, aku suruh Cindy mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memperhatikan dengan serius, ketika aku memamerkan batangan besarku. Dan Cindy hanya bisa melongo ketika aku mengulum bibir Maminya sambil mengelus-elus vaginanya yang tanpa bulu itu. Tak lama kemudian, Maya aku suruh untuk melakukan pekerjaan menghisap lagi. Sambil Maya disibukkan dengan pekerjaannya itu, aku menyuruh Cindy untuk duduk mendekat disampingku.

"Lihat Cin, Mami seneng banget kan?" kataku. Sementara Maya melirik kami sambil terus menjilati penisku.
"Cindy sudah pernah ciuman belom?" tanyaku.
"Belum Om."
"Mau Om ajarin nggak?" tanyaku lagi sambil melingkarkan tanganku di lehernya.
"Mau." awabnya singkat.
"Ya sudah. Cindy ikutin Om aja ya. Apa yang Om Dimas lakukan, diikuti ya." Belum sempat Cindy menjawab, aku langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali si Cindy. Ketika aku menarik lidahku dengan lembut di dalam mulutnya, Cindy terasa berusaha mengikuti, walaupun dengan gerakan yang tidak beraturan. - Cerita Bokep

Maya masih terus sibuk menghisap batanganku, ketika aku melucuti tubuh anaknya yang putih bersih dan mulus itu. Buah dada Cindy memang belum begitu besar, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, sudah cukup ranum. Putingnya masih berwarna merah muda dan ketika aku memilin-milinnya, si Cindy bergelinjang kegelian. Tidak lama kemudian, Maya berlutut di depanku dan membantu Cindy melepas celana dalamnya yang berwarna hijau muda.

"Cin, kamu menurut aja ya sama Om Dimas." kata Maya. Sementara aku meremas-remas payudaranya, Maya menyuruh Cindy untuk menggenggam batang penisku.
"Cin, sekarang kamu jongkok disini ya?" kata Maya.
"Kamu hisap penisnya Om Dimas, seperti Mami tadi. Jangan dihisap terus, nanti kamu kehabisan nafas." 
Maya tersenyum sayang kepada Cindy.
"Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Mami tadi. Bisa kan?" Cindy menjawab singkat.
"Bisa, mi." Aku pun mengarahkan si "adik kecil" ke mulut Cindy, sambil mengelus rambutnya yang hitam legam.
"Pelan-pelan Cin, jangan ditelan semuanya ya." Cindy tersenyum. Maya memperhatikan cara Cindy menghisap, kadang dia memberikan instruksi.

Tak lama setelah itu, aku menyuruh Cindy berdiri. Aku tersenyum memandang vaginanya yang masih rapat, tampak bulu-bulu halus menghiasi lubang sempit yang berwarna putih kemerahan itu. Terus terang aku tidak tega untuk menembusnya. Aku ciumi dan jilati saja vagina muda itu. Cindy benar-benar kegelian. Maya pun menyuruh Cindy istirahat. Pekerjaannya dilanjutkan oleh Maya. Tanpa berbasa-basi, Maya langsung menduduki Penisku, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali.

Sambil Maya terus mengerjai Penisku, aku meremas-remas payudaranya. Setelah itu, kami pindah tempat. Aku berbaring di karpet, dengan Maya masih mendudukiku, kali ini dia membelakangiku. Cindy yang hanya diam melihat aksi kami, kusuruh mendekat ke arahku. Aku menyuruhnya untuk jongkok, dengan posisi vagina di mulutku. Sambil aku remas pantatnya, aku tembus liang sempit itu dengan lidah, terkadang, aku sapu dengan jari, sampai akhirnya, setengah jari tengahku, masuk ke vaginanya dan direspon dengan gerakan yang sangat liar. Cindy mulai mendesah tidak karuan, sementara pada saat bersamaan, Maminya mendesah keenakan.

Aku mulai serius menanggapi MayaCindy aku suruh menyingkir terlebih dahulu. Setelah itu, aku membalik tubuh Maya, sekarang dia yang dibawah. Aku lebarkan kakinya dan aku tusuk dengan tajam dan tanpa ampun. Kali ini, Maya bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dengan tusukan-tusukanku. Setelah beberapa lama, akhirnya Maya tidak tahan juga, begitu juga denganku. Dia orgasme, berbarengan dengan aku yang kembali memuntahkan spermaku ke dalam liang kemaluannya.

Setelah melepas penisku, Cindy aku suruh menjilatinya.
"Mmmhhh. Om, kok asin sih rasanya?" protes CindyMaya sambil terengah-engah menjawabnya.
"Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan? Mami bagi dong." Aku senyum-senyum saja melihat anak dan maminya itu berebut menjilati penisku. Aku memegang kepala ibu dan anak itu, dan dengan maksud bercanda, kadang aku buat gerakan yang memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masing-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban.


Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, aku hanya berdua saja dengan Cindy, yang benar-benar telah merelakan keperawanannya aku ambil. Tapi kalau dengan Maya, jangan ditanya berapa kali, kami sering janjian di sebuah restoran di PIM, dan Grisa, anak bungsu Maya, selalu diajak.

Pernah suatu saat, ketika aku dan Maya sedang bergumul di kamar mandi rumahnya, tanpa menutup pintu, Grisa tiba-tiba masuk dan menonton dengan bingung adegan aku dan Maminya yang sedang nungging di bathtub. Dia bertanya kepada Maminya, walaupun tidak dijawab, karena sedang sibuk. - Cerita Dewasa
"Mami diapain Om Dimas, kok teriak-teriak?" katanya polos. Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yang aku senggamai di ruang TV, di samping Maminya yang telanjang bulat, dengan sperma di buah dadanya yang besar itu.

Bottom Ad [Post Page]