DUNIA SEX 69

Cerita Sex Terpopuler

Full width home advertisement

MEJAQQ.COM AGEN JUDI POKER DOMINOQQ BANDARQ ONLINE TERBESAR DI ASIA MEJAQQ
Rp.20.000

Post Page Advertisement [Top]


DUNIA SEX 69 - Pagi itu, aku baru saja selesai mandi dan berniat menikmati teh hangat di teras rumahku sambil menghirup udara pagi yang segar. Namun, pandanganku beralih ke tante Juli yang tengah asyik menikmati keindahan bunga di taman depan rumahnya. Tante Juli nampak serius mmperhatikan tanaman itu. 

”Pagi tan,” sapaku.
”Hmm..” balasnya tanpa berpaling dari rumpunan bunga yang sedang ia pandangi.
”Mau aku buatin minum nggak tan?” tanyaku basa-basi.
”Nggak usah.” jawabnya juga seraya membelakangiku. Aku tak melihat tante Debbie, Hendra ataupun Eka pagi ini. Mungkin mereka sudah pada jogging kali pikirku dalam hati.

Aku kembali mmperhatikan tante Juli yang membelakangiku. Mulai dari betisnya yang putih mulus meskipun nampak kurus, pahanya yang lebih mulus dari betisnya, bokongnya meskipun terbalut celana pendek, namun terlihat jelas lekukannya. Coba dia bisa aku tiduri sperti tante Debbie ya? Aku bergumam dalam hati.

Belum habis lamunanku, tiba-tiba kulihat tubuh tante Juli terhuyung lemah ingin tersungkur. Dengan cepat aku meloncat dan memegangi tubuhnya yang nyaris tersungkur itu, meninggalkan sisa lamunan cabulku. Kurangkul tubuhnya yang mulus dan terlihat lemas sekali.

Baca Juga : Ngentot Gara-Gara Celana Dalam Nita

“Tante, nggak apa-apa kan?” tanyaku penuh rasa khawatir, seraya memapah tubuh tante Juli.
“Kepalaku terasa pusing, Ko,” jawab tante Juli lemah.
“Ya udah, istirahat saja dulu didalam ya?” saranku sambil terus memapahnya ke dalam rumah. Akhirnya aku bisa merangkul tante Juli, ucapku dalam hati. Ada sejuta kebahagiaan dihatiku karena mampu merangkul tubuh si angkuh tersebut.

Setelah berada didalam rumah, dengan perlahan tante Juli kubantu duduk di sofa ruang tamunya. Dengan menarik nafas tante Juli duduk dan bersandar pada sandaran sofa. Setelah itu aku melangkah meninggalkannya sendiri. Tidak beberapa lama, aku kembali dengan segelas air hangat dan menghampiri tante Juli yg tengah bersandar di sandaran sofa.

“Minum dulu ya tan, biar enakan.” kataku sambil menyerahkan gelas berisi air hangat yang kubawa. Tante Juli pun meminum air hangat yg kuberikan.

“Makasih ya, Riko,” ucapnya lemah sambil meletakan gelas di meja yang ada didepannya.
“Kepalanya masih pusing ga tan?” tanyaku. Tante Juli hanya menganggukan kepalanya.
“Mau dipijatin nggak?” tanyaku lagi.
“E, em,” jawab tante Juli perlahan seakan tengah menahan sakit. Aku pun segera memijat mulai dari kepalanya dengan perlahan-lahan, kemudian dahinya yang dia bilang merupakan pusat rasa sakitnya.
“Wah, kenapa tante Ko?” tanya Eka yang baru saja pulang.
“Tadi si tante hampir jatuh, kepalanya pusing katanya. Ka,” jawabku.
”Terlalu capek kali?” ujar Eka sambil melangkah ke dapur.
“Dah agak mendingan, Ko,” jelas tante Juli dengan mata terpejam, menikmati pijatan pijatan jariku. Terasa hangat dahinya bersamaan dengan rasa hangat yang menjalari tubuhku. Harum aroma tubuh tante Juli terasa menusuk kedua lubang hidungku. Membuat aku ingin lebih lama lagi memijat dan dekat dengannya. - Cerita Sex

“Masuk angin kali tan, dahinya agak anget nih,” jelasku, berupaya memancing agar niatku tercapai.
“Iya kali?“ ujarnya pula, seakan mengerti akan arti ucapanku. Membuatku makin berani lebih jauh.
“Mau dikerikin nggak?” tanyaku dengan penuh harap kepadanya.
“Memang kamu bisa?” tante Juli balik bertanya kepadaku. Membuat hatiku terasa berdebar tidak karuan.
“Ya bisa lah..” jelasku dengan cepat, takut tante Juli berubah pikiran lagi.
“Ya udah, tapi dikamar ya, nggak enak disini,” pinta tante Juli. Membuat hatiku berdebar makin cepat. Dengan perlahan aku papah dia melangkah menuju kamarnya. Aku pun berusaha untuk menahan dan menenangkan hatiku. Yang mulai dirasuki niat dan pikiran kotorku.

Setelah berada di dalam kamar, kusarankan agar dia istrahat di ranjangnya. Tante Juli pun merebahkan tubuhnya seraya bernafas panjang. Seolah-olah ada beban berat yang dibawanya. Aku segera berlalu mengambil obat gosok dan koin untuk mengerik tubuh tante Juli. Setelah kudapati semua yang kubutuhkan, aku kembali menghampiri tante Juli yang tengah menanti. Dengan memberanikan diri aku memintanya agar dia melepaskan pakaian yang dipakainya.

Dia pun perlahan melepaskan baju yang dipakainya, sehingga tante Juli kini hanya mengenakan BH berwarna pink dan celana pendek saja. Ada getaran hangat menjalari seluruh tubuhku, saat menyaksikan tante Juli membuka bajunya. Hingga membangunkan kejantanan dan hawa nafsuku. Yang memang telah mengendap dibenakku sejak awal, ketika memperhatikan dia di halaman depan rumahnya.

Dengan perasaan yang tidak menentu dan dibayangi nafsu di benakku. Aku pun mulai mngusap-usap punggung mulus yang membelakangiku, dengan hati-hati sekali.

“Tali branya dibuka aja ya tan?” pintaku penuh harap sambil terus mngusap dan mengerik punggung bagus dihadapanku.
“Iya..” jawabnya lirih. Menahan kerikan di punggungnya, entah sakit atau geli aku tidak tau. Yang pasti tanganku segera melepaskan kait tali branya, sehingga membuat branya melorot menutupi sebagian payudaranya yang bulat dan berisi. Seperti payudara milik gadis kebanyakan. Setelah tiada lagi penghalang dipunggungnya, aku pun membalurinya dengan minyak gosok. Dan jari jemariku pun menari membentuk garis di punggung tante Juli.

Sambil sekali-kali mataku melirik ke arah payudaranya yang berusaha ditutupi dengan bra dan kedua telapak tangannya. Tapi hal tersebut membuatku semakin terangsang didorong dengan rasa penasaran yang teramat. Sementara tante Juli hanya terdiam seraya memejamkan matanya yang bulat dan indah.

”Pelan-pelan ya Ko,” pintanya masih dengan mata yang terpejam. Tiba-tiba pintu kamar perlahan terbuka, nampak Eka tengah berdiri di muka pintu.
“Tan, aku mau kerumah temen dulu ya?” ujar Eka berpamitan seraya matanya melirik ke arahku.
“Iya Ka..” balas tante Juli tanpa berpaling ke arahnya. Kemudian secara perlahan Eka menutup pintu kembali dan berlalu pergi. - Cerita Seks

Jari tanganku mulai nakal terhadap tugasnya, jariku terkadang nyelinap di bawah ketiaknya, berusaha meraih benda yang bulat dan padat berisi yang ditutupi tante Juli. Tapi tangannya terkadang berusaha menghalanginya, dengan merapatkan pangkal lengannya.

“Jari kamu nakal ya Ko?” ucap tante Juli setengah berbisik seraya melirik ke arahku. Membuatku tersipu malu.
“Habis ga kuat sih, tan..” jawabku jujur. Tapi tante Juli malah melepaskan branya sehingga kini payudaranya nampak polos tanpa pelindung lagi.




Dan langsung menjadi santapan kedua mataku tanpa berkedip. Langsung membuat hatiku berdebar-debar menyaksikan pemandangan tersebut.

“Sekarang bisa kamu plototin sampai puas deh!” ujar tante Juli tidak lagi menutupi buah dadanya dengan kedua telapak tangannya lagi. Jantungku terasa begitu cepat berdetak dan membuat lemas seluruh persendianku. Kontolku perlahan tapi pasti mulai berdiri tegak mengikuti dorongan hasratku.

“Memang dah selesai ngeriknya Ko?” tegur tante Juli mngingatkanku. Membuat aku segera melanjutkan pekerjaanku yang tertunda sesaat. Hampir seluruh bagian belakang tubuh tante Juli telah kukerik dan berwarna merah bergaris-garis. Hanya bagian bokongnya yang luput dari kerikanku karena terhalang dengan celana pendek serta CD yang dikenakannya. Tapi belahan bokongnya telah puas kuplototin.

Akhirnya pekerjaanku selesai juga. Kemudian dengan perlahan jari-jariku memijati pundaknya. Tante Juli menundukan kepalanya, sekali-sekali terdengar suara dahak dari mulutnya. “Sudah Ko!” perintahnya, agar aku menyudahi pijatanku. Dengan perasaan malas aku pun menghentikan pijatanku dan segera membersihkan sisa-sisa minyak di kedua telapak tanganku.

”Cuci tanganmu dulu biar bersih sana,” pinta tante Juli sekaligus terdengar seperti perintah bagiku. Aku pun beranjak pergi ke kamar mandi yang memang ada di dalam kamar tersebut. Setelah usai mencuci seluruh tanganku hingga benar-benar bersih. Aku pun kembali menghampiri tante Juli yang tengah telentang di atas ranjang masih dengan keadaan separuh bugil. Seperti saat aku tinggalkan ke kamar mandi. Hingga payudaranya yang bulat dan berisi nampak membusung besar di dadanya, dengan puting yang berwarna coklat susu.

“Ayo sini Ko, kamu mau mainin ini kan?” ucap tante Juli sambil meremas salah satu payudaranya hingga putingnya menonjol kearahku. Aku pun mendekat menghampirinya dengan perasaan nafsu. Membuat kontolku kian berdiri dan mengeras kencang di balik celanaku.

Akupun tak menunggu lebih lama, segera aku remasi payudaranya yang menantang. Tante Juli bergelinjang saat telapak tanganku mendarat dan meremas kedua payudaranya.

”Ahhh.. Iya Riko terussss,” rintihnya perlahan. Jari jemariku kian liar meremasi seluruh daging bulat yang padat berisi itu. Jariku juga memainkan putingnya yang mulai mengeras.
”Iya.. Ayo diisep Ko, ayoooo,“ pinta tante dengan nafas tidak teratur. Akupun segera menjilati dan menghisap puting payudaranya.
“Aduhhh.. Enakkkk, terussss..” desah tante Juli seraya memegangi kepalaku. Aku semakin bernafsu dengan putingnya yang kenyal dan menggemaskan. Sementara tante Juli semakin mendesah tak karuan.

Tangan kananku meluncur ke arah selangkangan dibawah pusar, terus menyusup masuk diantara celana dan CD tante Juli. Hingga jari-jariku terasa menyentuh rumput halus yang cukup lebat didalamnya. Tante Juli membuka pahanya tak kala jari telunjukku berusaha masuk kedalam lubang yang ada ditengah bulu-bulu halus miliknya.

“Aowwww..” jerit kecil tante Juli saat telunjukku berhasil memasuki lubang memeknya. Dia pun menggeliatkan tubuhnya penuh gairah nafsu. Sementara kontolku semakin mengeras hendak kluar dari bahan yang menutupinya.

Cukup lama jari telunjukku keluar masuk di dalam memek tante Juli, hingga lubang itu mulai terasa basah dan lembab. Sampai akhirnya tangan tante Juli menahan gerakan tanganku dan meminta menyudahinya.

“Aaaachhhh.. Udaahhhh Ko.. Aaachhhh,” rintih tante Juli. Aku pun menarik tanganku dari balik celananya dan melepaskan putingnya dari mulutku.

“Buka pakaianmu dong, Ko!” seru tante Juli seraya bangkit dan melepaskan celana pendek serta CD miliknya, sehingga dia bugil dan nampak rumput hitam ditengah selangkangannya yang baru saja ku mainkan. Aku pun melepaskan semua pakaianku dan bugil seperti dirinya. Dengan senyum manis kearahku, tante Juli mendekat dan berjongkok tepat didepan slangkanganku.

“Aouwwww, gede banget..” seru tante Juli seraya telapak tangannya meraih kontolku yang telah berdiri dan keras. Dengan tangan kanan dia memegang erat batang kontolku, sedangkan telapak kirinya mengelus-elus kpalanya. Hingga kepala kontolku terasa berdenyut hangat. Kemudian dimasukan kontolku kedalam mulutnya seraya matanya melirik ke arahku. “Agghhh..“ aku melenguh tak kala seluruh kontolku tenggelam masuk kedalam mulutnya. Darahku berdesir hangat menjalari seluruh urat ditubuhku. Aku hanya dapat memegangi kepala tante Juli, meremas serta mengusap-usap rambutnya yang ikal sebahu.

Sementara tante Juli semakin liar, sebentar mengulum dan mngemut seakan dia ingin melumat seluruh kontolku. Ternyata dia lebih buas dari tante Debbie. Terkadang dia menjilati kontolku mulai dari batang hingga lobang kencing dikepalanya. Terasa tubuhku melayang jauh tak menentu. Entah berapa lama tante Juli mengemut, menjilat dan mengulum kontolku. Yang jelas hal ini membuat tubuhku bergetar dan hampir kejang.

”Gantian dong tan, aku juga mau jilatin memekmu!” rengekku, hampir tidak mampu menahan nafsuku. Ingin rasanya memuntahkan keluar sebanyak-banyaknya agar tante Juli mandi dengan air maniku, namun aku tahan. - Cerita Bokep

Tante Juli segera bangkit berdiri meninggalkan kontolku yang masih berdiri tegak. Kemudian aku meminta agar dia duduk di kursi tanpa lengan yang ada. Aku pun berjongkok menghadap memeknya yang dihiasi bulu lebatnya. Kedua kaki tante Juli tertumpu pada kedua bahuku. Maka mulutku mulai menjarah memek yang telah menganga terkuak jari jemariku, hingga nampak jelas lobang memek yg berwarna merah dan lembab. Lidahku pun mulai menjelajahi dan menjilati lorong itu.

“Aaaaowwh.. Aaaa.. Iyyyaaaa.. Terussss.. Aassstttsshhhh,” desah tante saat lidahku bermain menjilati lobang memeknya.
“Aduuuhh.. Teruuusss.. Lebihhh daallaaamm aaahhhh.. Enaaakhhhh, aghhhh, aghhhh, aghhhh,” rintihnya pula sambil meremas dan menjambaki rambut dikepalaku. Lidahku pun semakin liar dan berusaha masuk lebih dalam lagi.
“Aaaaghhhh.. Gilaaaa.. Enaaakssss.. Ubssss.. Aaaaachghhhh,” suara tante Juli tidak karuan. Lidahku berhenti menjilati dinding lubbang memeknya, kini berpindah pada daging mungil sebesar biji kacang hijau. Ku jilati itil yang berwarna merah dan basah dengan air liurku.

“Aughhhh..” suara tante Juli seperti tersedak sambil merapatkan kedua pahanya, hingga menjepit leherku, ketika ku isap itilnya.

”Aaaaa.. Auwghhh.. yaaaa,” ucap tante Juli lirih.
”Udahhhh Ko. udddaahhhh Ko,” rengek tante Juli seraya mendorong kepalaku dengan kakinya yang terkulai lemas di bahuku. Aku pun melepaskan hisapan mulutku pada itil tante Juli dan bangkit berdiri dihadapannya dengan kontol yang masih tegak dan keras. Kemudian meminta tante Juli agar bangkit dari duduknya. Kini aku yang menggantikan posisinya duduk di kursi.

Tante Juli naik keatas pahaku dan tubuhnya menghadap kearahku, hingga tubuh kami saling berhimpitan. Kemudian tante Juli membimbing kontolku masuk kelubang memeknya dengan tangannya.

”Aagghhsss..” rintih kecil tante Juli ketika kontolku mulai masuk menusuk memeknya. Tidak lama kemudian bokongnya mulai turun naik, menggesek-gesek kontolku didalamnya. Aku pun mengimbanginya dengan memegangi pinggulnya membantu bokongnya turun naik.

”Aachhh.. Yaaaa, oohhh, enaaakkkk Ko,“ racau tante Juli tak karuan jika tubuhnya turun menenggelamkan kontolku dimemeknya.
”Aauwww, aku nggak tahan nih Ko.. Aaaauwwww, yessss,” rintih tante Juli seraya menggerakan bokongnya dengan semakin cepat. Aku pun mmbalas reaksinya, dengan melumat lagi payudaranya.
”Aaaaaawhhhh..” erang tante Juli sambil menekan bokongnya lebih rapat dengan selangkanganku. Aku pun mengejang menahan tekanan bokong tante Jul.

“Aaaachhhh..” akhirnya aku tidak mampu lagi membendung cairan kental dari dalam kontolku. Kami pun saling berpelukan dengan erat beberapa saat, bercampur peluh masing-masing. Setelah cukup lama kami berpelukan, kami pun bangkit dengan malas, enggan beranjak dari suasana yang ada. Setelah itu kami pun mandi air hangat guna membersihkan tubuh kami masing-masing yang basah dengan peluh. - Cerita Dewasa

Bottom Ad [Post Page]